Sabtu, 18 Desember 2010

MANAJEMEN PENDIDIKAN

MENEJEMEN PENDIDIKAN
RUANG LINGKUP MANAJENMEN PENDIDIKAN
( KURIKULUM, KESEISWAAN, DAN PERSONALIA )
                                                               MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Matakuliah Manajemen Pendidika
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010


I. POKOK BAHASAN
  1. Manajemen kurikulum
  2. Manajemen Personalia
  3. Manajemen kesiswaan.
II. PEMBAHASAN
A. Manajemen kurikulum
1. Pengertian kurikulum.
Kata kurikulum berasal dari bahasa latin  currere, secara harfiyah berarti lapangan perlombaan lari.  Lapangan tersebut ada batas staert dan ada batas finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian kurikulum tersebut apabila di korelasikan dengan pemaknaan si atas berarti bahwa dalam hal ini bahan belajar sudah di tentukan secara pasti, dari mana di ajarkan dan di akhiri, dan bagaimana untuk menguasai bahan agar  dapat menyelesaikan pelajaran atau tujuan yang ingin di capai [1].
Dengan demikian kurikulum itu merupakan program pendidikan bukannya program pengajaran, yakni program yang di rencanakan, di programkan dan di rancangkan yang berisi bahan ajar dan pengalaman belajar baik dari waktu yang lalu maupun waktu yang akan datang. Berbagai bahan tersebut di rencanakan secara sistematis, artinya di rencanakan dengan memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan secara harmonis. Berbagai bahan ajar yang di rancang  tersebut harus sesuai dengan norma-norma  yang berlaku, Yaitu sesuai dengan pancasila, UUD 45, GBHN, UUD SISDIKNAS, PP NO 27 dan 30, adat istiadat dan sebagainya. Sehingga dengan kesesuaian tersebut program yang ada akan dapat di jadikan pedoman tenaga pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanan proses belajar mengajar.
Sucipto dan raflis (1994: 142) mengemukakan, kurikulum dapat di artikan secara sempit dan luas. Dalam pengertian sempit, kurikulum di artikan sebagai sejumlah nata peljran yang di berikan di sekolah, sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua  pengalaman belajar yang di berikan sekolah kepada siswa selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah. Dengan pengertian luas ini berarti segala usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam upaya menghasilkan lulusan yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif tercakup dalam pengertian kurikulum[2].
Jadi yang di namakan kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahn ajar dan pengalaman belajar yang di programkan, di rencanakan dan di rancangkan secara sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku yang di jadikan pedoman dalam proes pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan
2. Tujuan kurikulum.
Tujuan adalah segala sesuatu yang ingin di capai. Segala sesuattu ini dapat berupa benda konkret baik yang berupa barang maupun tempat, atau barang yang sifatnya abstrak, misalnya cita-cita yang mungkin dapat berupa kedudukan atau pangkat jabatan maupun sifat-sifat luhur. Sedangkan cara penyampaiannya, ada yang hanya dengan kegiatan fisik, namun ada pula yang di realisasikan dengan cara membuat sencana dulu, di programkan, mencari dana, baru mengerahkan tenaga baik phisik maupun psikis.
Seorang ahli manajemen yang bernama john. D Mc neil (1977) mengungkapkan beberapa jenis konsepsi tujuan kurikulum yang satu dengan yang lainnya berbeda. Menurutnya tujuan kurikulum dalam hal ini terbagi menjadi empat macam sebagai berikut :
a.   Konsepsi kurikulum humanistik, tujuannya mengutamakan perkembangan kesadaran pribadi ( increased personal awwarness ) untuk pencapaian aktualitas diri.
b.  Konsepsi kurikulum rekontruksi sosial, tujuannya untuk mrnyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat pada masa yang akan datang dan sekaligus mampu untuk menyesuaikannya.
c.   Konsep kurikulum teknologi, tujuannya terutama pada pengembangan hasil pendidikan yang  dapat di tiru.
d.  Konsep kurikulum subjek akademik, tujuannya terutama untuk melatih pola pikjir. [3]
3. Unsur-unsur definisi kurikulum.
a.   Seperangkat rencana.
Seperangkat rencana artinya bahwa di dalam kurikulum itu berisikan berbagai rencana yang berhubungan dengan proses belajar. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang di rencanakan sebelumnya dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi ( fleksibel ).
b.  Pengaturan isi dan bahan pelajaran.
Isi dan bahan pelajaran perlu di atur sedemikian rupa demi kemudahan dalam prose belajar mengajar. Bahan pelajaran ada yang di konsep dan di atur dari pusat ( kurnas) dan ada pula yang bersumber dari daerah setempat
( kurmulok), yang keduanya saling mengisi dan saling  melengkapi.
c.   Pengaturan cara yang di gunakan.
Delevery system  atau cara mengajar yang di gunakan ada beberapa macam, misalnya ceramah, diskusi, demontrasi, inquiri, recitasi, membuat laporan dan sebagainya.
d.  Pedoman kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar suatu pembelajaran akan berhasil jika di dalamnya ada pedoman pembelajaran sebagai bahan rujukan. Satu pedoman ini di upayakan agar dalam pencapaian nanati terjadi kesinambungan dan korelasi antar berbagai bidang. Namun pada  pelaksanaan yang ada,  pedoman kegiatan belajar mengajar walaupun pada kenyataanya ada pedoman satu kurikulum tertulis yang di susun oleh satu kelompok kerja yang terdiri atas berbagai bidang study, kalau satu kurikulum tersebut ada di tangan tiga orang guru, maka terjadi 3 macam bentuk  kurikulum yang di berikan,  begitu juga selanjutnya[4]
4. Prinsip-prinsip kurikulum.
Prinsip umum.
a)      Prinsip relevansi
Ada dua macam relevansi yang harus di miliki kurikulum., yaitu relevansi keluar dan relevansi ke dalam itu sendiri. Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang di selenggarakan dan tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntunan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Kurikulum juga  harus memilki relevansi  ke dalam artinya ada kesesuaian  antara komponen kurikulm, yang meliputi kesesuaian yang terjadi pada tujuan, isi, prosesc penyampaian dan penilaian.
b)      Prinsip fleksibelitas.
Kurikulum hendaknya bersifat lentur dan fleksibel. Sehingga kurikulum tersebut dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang.
c)      Prinsip kontinuitas.
Prinsip ini di sebut juga prinsip kesinambungan. Prinsip ini menuntut adanya perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti. Oleh karena itu  pengalaman belajar yang disedikan kurikulum seyogyanya di sajikan secara berkesinambungan antara satu tingkatan kelas dengan tingkatan kelas yang lain.
d)      Prinsip praktis tau efisiensi.
Praktis berartimudah di lakukan, menggunakan alat sederhana dan biaya murah. Sebagus apapun rencana kurikulum yang telah di buat kalaupun itu terlalu menuntut kehlian-keahlian yang sangat kusus dan sangat mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar di laksanakan.
e)      Prinsip efektifitas
Meskipun kurikulum tersebut harus murah, sederhana  namun jangan sampai face back yang di capai tidak bisa memuaskan. Kalau bisa, kurikulum memakai biaya murah namun hasilnya dapat di tingkatkan sedemikian rupa.
Prinsip kusus.
Secara kusus kurikulum pada dasarnya berintikan empat prinsip utama, yakni :
1.      prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidian.
2.      prinsip yang berkenaan pemilihan isi pendidikan.
3.      prinsip yang berkenaan proses belajar mengajar
4.      prinsip yang berkenaan alat dan media belajar mengajar
5.      prinsip yang berkenaan kegiatan dan penilaian[5]
B.  Manajemen personalia
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan merupakan langkah untuk meningkatkan produtifitas dan prestasi kerja yang ada dalam sebuah lembaga pendidikan. Dalam hal ini peningkatan produktifitas  dan prestasi kerja dapat di lakukan dengan peningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan tehnik manajemen personalia modern.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasl yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus di laksanakan piminan adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotifasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posis dan standar perilaku, memaksimalkan perkebangan karier tenaga kependidikan, dan menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Menejemen tenaga kependidikan ( guru dan personil) mencakup perencanaan pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan pegawai, promosi dan mutasi, pemberhentian pegawai, kompensasi, dan penilaian pegawai. Semua itu perlu di lakukan dengan baik dan benar agar apa yang di harapkan dapat tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang di peelukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas[6].
Perencanan pegawai merupakan kegiatan untuk mnentukan kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif untuk sekarang ataupun masa yang akan datang. Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan nfomasi yang lengkap dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus di lakukan dalam organisasi.kerena itu sebelum menyusun rencana, perlu di lakukan analisis pekerjaan ( job analisis ) dan analisis jabatan untuk memperoleh diskripsi pekerjaan ( gambaran tentang tugas-tugas dan pekerjaan yang harus di laksankn ). Infofmasi ini sangat penting dan sangat membantu dalam menentukan jumlah pegawai yang di perlukan, dan judga untuk menghasilkan spesifikas pekerjaan ( job spesification). Spesifiasi jabatan ini memberi gambaran tentang kualitas minimum pegawai yang dapat doi terima dan yang perlu untuk  melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Demikian juga penjelasan-penjelasan yang lain terkait tentang peningkatan manajemen kependidikan yang perlu mendapat perhatian tersendiridalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.

Dalam sebuah buku yang di kutip dari  karangan dr. rohayati, Mpd. Di jelaskan bahwa manajemen personalia  itu erat hubungannya dengan manajemen kepegawaian atau departemen personalia. Manajemen sumber daya manusia pendidikan mencoba untuk memelajari bagaimana peran bagian kepegawaian atau departemen personalia dalam pengelolaan sumberdaya manusia sehubungan dengan telah berkembangnya profesi kependidikan yang di dukung oleh undang-undang guru dan dosen noor 14 tahun 2005, peraturan peerintah republik indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang badan standar nasional pendidikan , peraturan mentri nomor 24 tahun 2005 tentang pelaksanaan standar isi ran standar kelulusan dan beberapa peraturan lainnya yang di atur demi memperbaiki mutu pendidikan yang ada.[7].    
C. Manajemen kesiswaan.
Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masalah kesiswaan di sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan adalah menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajemen kesiswaan meliputi : perencanaan siswa atau murid  baru , pembinaan siswa dan kelulusan.
Penerimaan siswa merupakan proses pealyanan dan pencatatan siswa baru, setelah melalui seleksi masuk siswa baru dengan persyaratan yang telah di tentukan. Dalam penerimaan siswa baru terdapat beberapa kegiatan yang di lakukan seperti : penetapan daya tampung, penetapan persyaratan siswa yang akan di terima, dan pembentukan panitia penerimaan seswa baru.
Pembinaan siswa adalah pemberian pelayanan siswa di sekolah baik pada jam pelajaran sekolah maupun  di luar jam pelajaran sekolah. Pembinaan yang di lakukan kepada siswa adalah agar siswa menyadari posisi dirinya  sebagai pelajar dan dapat menyadari tugasnya secara baik. Beberapa hal yang di lakukan dalam pembinaan siswa di antaranya : memberikan orientasi kepada siswa baru, mencatat kehadiran siwa, mencatat prestaei dan kegiatan siswa, membina disiplin siswa dan membina siswa yang tamat belajar[8].
Dengan demikian adanya Manajemen kesiswaan di atas merupakan salah upaya dari pihak pengelola yang  dalam hal ini pihak lembaga yang terkait untuk memberikan pelayanan yang baik demi terciptanya kondisi proses belajar mengajar  dengan orientasi perwujudan terhadap visi dan misinya.
III. PENUTUP.
Demikian tadi pemaparan makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari bahwa makalah tersebut  sudah barangtentu masih jauh dari sempurna . maka dari itu kritik dan saran yang membagun dari pembaca selalu kami nantikan demi terwujudnya makalah yang lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA
Dakir, Perencanan Dan Pengembangan Kurikulum, Yogyakarta : PT Renika Cipta, 2004
Mulyasa, E,  Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi Dan Implementasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2007
H Sukmadinata,  Nanas Yoodi, Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2002
Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar Dan Praktik Bandung : PT Refika Adi Tama , 2009



[1] Prof. Drs. H. Dakir, Perencanan Dan Pengembangan Kurikulum, ( Yogyakarta : PT Renika Cipta, 2004 ) hlm 2-3
[2] Rohiat,M.Pd. Manajemen Sekolah Teori Dasar Dan Praktik  ( Bandung : PT Refika Adi Tama , 2009 ) hlm 26

[3] Ibid hlm 23.                                          
[4] Ibid 3-6.
[5] Prof. Dr. Nanas Yoodi H Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2002 ), hlm. 150-152.
[6] Dr. E Mulyasa M.Pd , Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi Dan Implementasi, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2007 ) hlm 42.
[7] Rohiat,M.Pd,  Manajemen Sekolah Teori Dasar Dan Praktik  ( Bandung : PT Refika Adi Tama , 2009 ) hlm 26
[8] Ibid .

ILMU PENDIDIKAN

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan.
                                                FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

I.   PENDAHULUAN
Pendidikan yang ada sekarang ini merupakan lanjutan dari bentuk pendidikan yang ada pada zaman dahulu.  Pendidsikan di upayakan secara berkelanjutan untuk menemukan berbagai inovasi dalam kerangka memenuhi kebutuhan keilmuan yang orientasinya adalah untuk menyelesaikan problem kehidupan.
Secara teori, pendidikan mengalami banyak pemaknaan maupun penafsiran. Teori tersebut berkembang menjadi aliran-aliran yang kian hari kian berkembang, sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan yang ada. Sehingga secara tidak langsung aliran tersebut menjadi titik kerangka dalam memahami apa dan bagaimana pendidikan yang ada ini di perlakukan. Tentunya dalam pemahaman tiap aliran itu memiliki segi kesamaan dan perbedaan. Untuk itu makalah ini akan mengupas tentang aliran-aliran  pendidikan.    

II.    POKOK BAHASAN
A. Macam-macam aliran pendidikan menurut pandangan umum dan pandangan islam.
B. Taksonomi aliran pendidikan.
C. Hakikat pendidikan menurut aliran-liran dalam pendidikan

III. PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Aliran Pendidikan Menurut Pandangan Umum dan  pandangan islam.
    1. Macam-macam aliran pendidikan menurut pandangan umum
          Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memilki nuansa berbeda antara satu daerah dengan yang daerah lainnya, sehingga banyak muncul pemikiran-pemikiran yang di anggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang di perlukan. Sehingga  pemikiran tentang pendidikan dari kalangan umum di munculkan. Macam-macam  Aliran pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
a.       Aliran empirisme
b.      Aliran nativesme
c.       Aliran naturalisme
d.      Aliran konvergensi
e.       Aliran progresivisme
                     f.    Aliran esensialisme.
       g.    Aliran perenialisme.
       h.    Aliran kontruktivisme.
  Namun disi lain ada pula pembagian  macam-macam aliran pendidikan menurut kacamata umum ini menjadi dua bagian; yakni aliran pendidikan  klasik dan aliran pendidikan modern.
Aliran pendidikan klasik meliputi;  Aliran naturalisme, Aliran nativesme,    Aliran empirisme, Aliran konvergensi. Sampai saat ini aliran tersebut masih sering di gunakan, namun dengan kerangka kombinasi dengan pengembangan-pengembangan yang di sesuaikan dengan perkembangan zaman.  
  Sedangkan aliran pendidikan modern meliputi; aliran esensialisme, progresivisme, aliran perenialisme, dan aliran rekontruksianisme[1].    
   2 . Macam-macam aliran pendidikan menurut pandangan islam.
 Aliran pendidikan islam yang pernah berkembang pada masa keemasan, dengan berpijak pada pendapat Jawwad Ridla secara garis besar di petakan menjadi dua macam. Aliran tersebut adalah aliran konservatif dan aliran rasional. Di antara tokoh pendidikan muslim yang termasuk ke dalam aliran pertama adalah : Ibnu Sahnun ( 202-156 H ), al-Qabishi (342-403 ), al-ghozali ( 450-505 H ), dan Nashiruddin ath-Thusi ( 597-672 H ).
Sedangkan tokoh pendidikan muslim yang dapat di kategorikan dalam aliran yang ke dua, antara lain ; al-Farabi (W. 399 H ), ibnu shina ( 370-428 H ), Ikhwan as-Shofa, ibnu miskawaih ( 320-421 H ), dan al-mawardi ( 364-450 H ). Meskipun terdapat perbedaan aliran, pada dasarnya pemikiran pendidikan mereka tetap bisa di nilai sama dalam satu bingkai ; “ keislaman “ ( orioentasi keagamaaan ).
B. Taksonomi aliran-aliran pendidikan
          Taksonomi adalah kata lain dari klasifikasi; pengelompokan sesuatu berdasarkan persamaan dan perbedaan yang sifat[2]. Di bawah ini akan di uraikan tentang taksonomi dari berbagai aliran pendidikan yang ada, baik itu aliran pendidikan menurut pandangan umum, ataupun menurut pandangan islam.
1.  Pandangan umum.
a.   Aliran empirisme.
          Tokoh aliran ini adalah John Lock, filosof inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. teorinya di kenal dengan Tabulae Rasae ( Meja Lilin ), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas yang putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang di gores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orang tua ( faktor keturunan ) tidak di pentingkan. Pengalaman di peroleh anak melalui hubungan dengan lingkungan ( sosial alam dan budaya ).  Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang di harapkan.
           Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir,di kesampingkan.  Pada hal ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lungkungan tidak terlalu mendukung.
b.  Aliran nativesme.
          Tokoh aliran nativisme adalah Schopen Haver. Ia adalah filosof jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu di tentukan aleh faktor bawaan sejak lahir.  Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak.
          Oleh karena itu, hasil pendidikan di tentukan oleh  bakat yang di bawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar di tentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat sejak lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak itu memilki bakat naik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang di bawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
c.   Aliran naturalisme.
          Tokoh aliran ini adalah J.J Rouseau. Ia adalah filosofis prancis yang hidup pada tahun 1712-1778.  naturalisme mempunyai pandangan bahwa, setiap anak yang lahir di dunia, mempunyai bawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran ini sering di sebut aliran negativisme.
          Naturalisme memilki tiga prinsip tentang proses pembelajaran ( M. Arifin dan Amminuddin R ; 1992 : 9 ), yaitu :
          Pertama  anak didik belajar melalaui pengalaman sendiri.
Kedua pendidik hanaya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Ke tiga  program pendidikan di sekolah harus di sesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.
          Dengan demikian aliran ini menitik beratkan pada strategi pembelajaran yang bersifat pedosentris; artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.
d.  Aliran konvergensi.
          Tokoh aliran konvergensi adalah William stern. Ia seorang tokoh pendidik jerman  yang hidup pada tahun 1871-1939. Aliran ini merupakan kombinasi  dari aliran nativisme dan aliran empirisme. Aliran ini merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan aliran empirisme. Aliran ini menganggap bahwa pendidikan sangat bergantuk pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan[3].
          William berpendapat bahwa anak lahir didunia ini telah memilki bakat baik dan buruk. Sedang perkembangan anak selanjutnya akan di pengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan  sama-sama berperan penting.   
e.   Aliran progresivisme.
          Tokoh aliran progresivisme  adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat mengancam dirinya.
          Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu di tunjukan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika di banding makhluk lain. Manusia memilki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasan sebagai  bekal menghadapi dan memecahkan masalah.
Dengan demikian, dalam konteks pendidikan,aliran progresivisme memerhatikan sepenuhnya segala macam potensi kodrat manusia untuk di kembangkan secara almi. Progresivisme menolak pendidikan otoriter. Karena, pendidikan ini cenderung mematikan bakat-bakat dan daya kreativitas baik fisis maupun psikis yang ada di dalam diri peserta didik[4]. 
f.    Aliran esensialisme.
          Aliran esensialisme mendasarkan pandangan pendidikan pada nilai-niali adat kebudayaan yang telah ada sejak permulaan peradaban manusia. Menurut aliran ini, nilai-nilai tersebut bersifat manusiawi dan tertanam dalam warisan budaya masyarakat yang terbentuk secara historis selama ratusan bahkan ribuan tahun. Oleh sebab itu, filosofi pendidikan esensialisme ini memberi makna bahwa dalam proses pendidikan, anak memerlukan disiplin orang dewasa sebelum anak mampu mendisiplinkan dirinya. Di sini jelas bahwa bantuan dan bimbingan sangat memainkan peran penting[5]
          Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang  dapat dapat mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup., sehingga dapat memperoleh kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filasafat.  
g.   Aliran perenialisme.
          Aliran ini di anggap sebagai aliran “ regresive road to culture “ yakni jalan  kembali, atau mundur kepada kebudayaan masa lampau. Perenialisme menghadapi kenyataan dalam kebudayaan manusia masa sekarang, sebagai satu krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi situasi krisis itu, perennialisme memberikan pemecahan dengan jalan “ kembali pada kebudayaan masa lampau” kebudayaan yang di anggap ideal[6].  
          Tokoh aliran ini adalah Plato, Aristoteles dan Thomas Aquino. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu di jadikan dasar pendidikan sekarang. Pandangan aliran ini tentang pendidikan adalah belajar untuk berfikir, oleh sebab itu peserta didik harus di biasakan untuk berlatih berfikir sejak dini.
          Pada awalnya, peserta didik di beri kecakapan-kecakapan dasar untukmembaca, menulis, dan berhitung.  Selanjutnya perlu di latih pula kemampuan yang lebih tinggi seperti berlogika, dan berbahasa. 
Pendidikan harus lebih banyak mangarahkan pusat perhatianya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Karena itu perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan sekarang menuju hasil konsep pendidikan ideal yang telah teruji dari zaman kebudayaan dulu atau kebudayaan pertengahan. 
h.   Aliran kontruktivisme.
          Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak di peroleh dari hasil kontrusi kognitif  dalam diri seseorang, melalui pengalaman-pengalaman yang di terima lewat panca indra, yaituindra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman dan perasa.
          Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang di lakukan seseorang kepada orang lain, dengan alasan bahwa pengetahuan bukan barang yang bisa di pindahkan, sehingga jika pembelajaran di tujuakan untuk mentransfer ilmu, maka perbuatan itu akan sia-sia. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini di tunjukan untuk menggali pengalaman.   
2.      Pandangan islam.
v     Aliran konservatif
            Adalah aliran pendidikan yang mempunyai kecenderungan  “ keagmaan” sangat kuat bahkan hingga tidak jarang bisa menimbulkan beberapa implikasi sebagai berikut :
Pertama memaknai ilmu hanya terbatas pada pengetahuan tentang tuhan.
Kedua  berambisi pada keluhuran spiritual hingga bersikap “ Mengecilkan “ dunia; prioritas di berikan sepenuhnya kepada pengetahuan yang di yakini bisa meninjang keluhuran moral dan kebahagiaan di akhirat.
Ketiga  menggap “ ilmu hanya untuk ilmu “ ; ilmu secara intrinsik di pandang bernilai (utama)  meskipun tanpa di gunakan untuk pengabdian kepada sesama.
                      Kecenderungan keagamaan yang sedemikian kuat, terutama di tunjukan  oleh formulasi pemikiran aliran ini menyangkut prinsip-prinsip pendidikan yang kental bercirikan moral-keagamaan, di antaranya; keharusan di barenginya ilmu dan amal, penjauhan diri dari sikap rakus, tenggang rasa dan toleransi, keinsafan dan keadilan dan lain-lain.
v     Aliran rasional
            Adalah aktivitas pendidikan di pahami sebagai usaha pengaktualisasian diri potensi-potensi yang di miliki individu sehingga esensi pendidikan adalah kiat transformasi ragam potensi menjadi kemampuan aktual.
            Dalam pandangan aliran rasional, rasio ( akal ) tidak semata-mata berfungsi untuk mengetahui sesuatu, tetapi juga berfungsi memutuskan terhadap benar salah atau baik dan buruknya sesuatu. Oleh karena itu menurut aliran ini, manusia di pandang memilki kebebasan penuh sehingga bisa bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya[7]. 
C. Hakikat pendidikan.
                  Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.   
                  Pendidikan merupakan Transfer Of  Knowladge, Transfer Of Cultur And Transfer Of Religius yang  di arahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memilki nilai-nilai yang di sepakati berdasarkan agama, filsafat, ediologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
                  Menurut pandangan Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia ( fitrah ) dengan bimbingan al-qur’an dan as-sunnah sehingga menjadi manusia yang berakhlakul karimah ( insan kamil ).
                  Menurut william F ( tanpa tahun ) pendidikan harus di lihat dari cakupan pengertian yang luas. Pendidikan juga bukan merupakan suatu proses yang netral sehingga terbebas dari nilai-nilai dan ediologi. Kosasih Djahiri (1980 : 3 ) mengatakan bahwa pendidikan merupakan upaya terorganisir, berencana dan berlangsung kontunyu ( terus menerus sepanjang hayat ) ke arah pembinaan manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya.
                  Menurut tilaar ( 200 : 16 ) ada tiga hal yang perlu di kaji kembali dalam pendidikan.
    Pertama, pendidikan  tidak hanya  di batasi sebagai schooling belaka. Dengan membatasi pendidikan sebagai schooling maka pendidikan terasing dari kehidupan yang nyata dan masyarakat terlempar dari tanggung jawabnya dalam pendidikan. Oleh sebab itu, rumusan mengenai pendidikan dan kurikulumnya yang hanya membedakan antara pendidikan formal dan non formal perlu di sempurnakan lagi dengan menempatkan pendidikan informal  yang justru akan semakin memegang peranan penting da dalam membentuk tingkah laku manusia dalam kehidupan global yang terbuka. Kedua, pendidikan tidak hanya di peruntukan untuk mengembangkan intelegensi akademik peserta didik. Pengewmbangan seluruh perspektrum intelegensi manusia baik jasmaniyah maupun rohaniyah nya perlu di berikan kesempatan di dalam program kurikulum yang luas dan fleksibel, baik di dalam pendidikan formal, non formal atupun informal. 
    Ketiga, pendidikan ternyata bukan hanya membuat manusia pintar tetapi yang lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat tujuan penciptaanya[8]. 
                   Dengan demikian hakikat pendidikan sangat di tentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
    Sehingga dengan pengertian hakikat pendidikan tersebut, secara teori telah menyatu dengan konsep ajaran semboyan ki hajar dewantara untuk seluruh rakyat indonesiaa yang berbunyi; Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madya Mbangun Karsa, Tut Wuri Handayan[9]i.

IV.  KESIMPULAN
        Mengkaji tentang pendidikan berarti mencari jawaban tentang berbagai pertanyaan yang muncul dari unsur yang ada di dalam pendidikan itu. Di dalam memahami pendidikan di perlukan berbagai pendekatan yang kesemuanya melalui pengalaman-pengalaman yang saling memiliki garis kesamaan dan garis perbedaan tentang keberadaan pendidikan yang ada. Garis keperbedaan dan kesamaan tersebut berada dalam konsep pembuktian berbagai aliran di dalam pendidikan. 
        Pendidikan di kaji ulang dari berbagai pengalaman untuk selanjutnya di buktikan dengan berbagai kenyataan hidup. Sehingga di akhir kajian tersebut melahirkan tentang pengertian pendidikan dari berbagai aliran, di cari titik temu antar berbagai aliran dan terahir dapat di cari  hakikat pendidikan terdefinisikan secarta utuh dan lengkap.  

V.     PENUTUP
    Demikian tadi pemaparan makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari bahwa makalah tersebut  sudah barang tentu masih jauh dari sempurna . Maka dari itu kritik dan saran yang membagun dari pembaca selalu kami nantikan demi terwujudnya makalah yang lebih baik


DAFTRAR PUSTAKA

Arif, Mahmud , Pendidikan Islam Transformatif, Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008

Hamid, Farida,  Kamus Ilmiyah Populer Lengkap,Surabaya : APOLLO, 2008

Noor Syam, Mohammmad , Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya : Usaha Nasional ,1987


Suhartono, Suparlan,  Wawasan Pendidikan Sebuah Pengantar Pendidikan, Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA, 2008

Yamin, Moh., Menggugat Pendidikan Indonesia, Jogyakarta : Ar-Rozz Media, 2009



[1] Suparlan Suhartono, Wawasan Pendidikan Sebuah Pengantar Pendidikan, (Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA, 2008 ) Hlm.123
[2] Farida Hamid, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap, (Surabaya : APOLLO, 2008 ) hlm.598

[4] Suparlan , Op. Cit.Hlm.124
[5] Ibid, hlm. 130.
[6] Mohammmad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya : Usaha Nasional , 1987 ) hlm. 296.
[7] Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif,  ( Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008) hlm .108.
[9] Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, ( Jogyakarta : Ar-Rozz Media, 2009 ) hlm 194