Sabtu, 18 Desember 2010

ILMU PENDIDIKAN

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan.
                                                FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

I.   PENDAHULUAN
Pendidikan yang ada sekarang ini merupakan lanjutan dari bentuk pendidikan yang ada pada zaman dahulu.  Pendidsikan di upayakan secara berkelanjutan untuk menemukan berbagai inovasi dalam kerangka memenuhi kebutuhan keilmuan yang orientasinya adalah untuk menyelesaikan problem kehidupan.
Secara teori, pendidikan mengalami banyak pemaknaan maupun penafsiran. Teori tersebut berkembang menjadi aliran-aliran yang kian hari kian berkembang, sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan yang ada. Sehingga secara tidak langsung aliran tersebut menjadi titik kerangka dalam memahami apa dan bagaimana pendidikan yang ada ini di perlakukan. Tentunya dalam pemahaman tiap aliran itu memiliki segi kesamaan dan perbedaan. Untuk itu makalah ini akan mengupas tentang aliran-aliran  pendidikan.    

II.    POKOK BAHASAN
A. Macam-macam aliran pendidikan menurut pandangan umum dan pandangan islam.
B. Taksonomi aliran pendidikan.
C. Hakikat pendidikan menurut aliran-liran dalam pendidikan

III. PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Aliran Pendidikan Menurut Pandangan Umum dan  pandangan islam.
    1. Macam-macam aliran pendidikan menurut pandangan umum
          Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memilki nuansa berbeda antara satu daerah dengan yang daerah lainnya, sehingga banyak muncul pemikiran-pemikiran yang di anggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang di perlukan. Sehingga  pemikiran tentang pendidikan dari kalangan umum di munculkan. Macam-macam  Aliran pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
a.       Aliran empirisme
b.      Aliran nativesme
c.       Aliran naturalisme
d.      Aliran konvergensi
e.       Aliran progresivisme
                     f.    Aliran esensialisme.
       g.    Aliran perenialisme.
       h.    Aliran kontruktivisme.
  Namun disi lain ada pula pembagian  macam-macam aliran pendidikan menurut kacamata umum ini menjadi dua bagian; yakni aliran pendidikan  klasik dan aliran pendidikan modern.
Aliran pendidikan klasik meliputi;  Aliran naturalisme, Aliran nativesme,    Aliran empirisme, Aliran konvergensi. Sampai saat ini aliran tersebut masih sering di gunakan, namun dengan kerangka kombinasi dengan pengembangan-pengembangan yang di sesuaikan dengan perkembangan zaman.  
  Sedangkan aliran pendidikan modern meliputi; aliran esensialisme, progresivisme, aliran perenialisme, dan aliran rekontruksianisme[1].    
   2 . Macam-macam aliran pendidikan menurut pandangan islam.
 Aliran pendidikan islam yang pernah berkembang pada masa keemasan, dengan berpijak pada pendapat Jawwad Ridla secara garis besar di petakan menjadi dua macam. Aliran tersebut adalah aliran konservatif dan aliran rasional. Di antara tokoh pendidikan muslim yang termasuk ke dalam aliran pertama adalah : Ibnu Sahnun ( 202-156 H ), al-Qabishi (342-403 ), al-ghozali ( 450-505 H ), dan Nashiruddin ath-Thusi ( 597-672 H ).
Sedangkan tokoh pendidikan muslim yang dapat di kategorikan dalam aliran yang ke dua, antara lain ; al-Farabi (W. 399 H ), ibnu shina ( 370-428 H ), Ikhwan as-Shofa, ibnu miskawaih ( 320-421 H ), dan al-mawardi ( 364-450 H ). Meskipun terdapat perbedaan aliran, pada dasarnya pemikiran pendidikan mereka tetap bisa di nilai sama dalam satu bingkai ; “ keislaman “ ( orioentasi keagamaaan ).
B. Taksonomi aliran-aliran pendidikan
          Taksonomi adalah kata lain dari klasifikasi; pengelompokan sesuatu berdasarkan persamaan dan perbedaan yang sifat[2]. Di bawah ini akan di uraikan tentang taksonomi dari berbagai aliran pendidikan yang ada, baik itu aliran pendidikan menurut pandangan umum, ataupun menurut pandangan islam.
1.  Pandangan umum.
a.   Aliran empirisme.
          Tokoh aliran ini adalah John Lock, filosof inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. teorinya di kenal dengan Tabulae Rasae ( Meja Lilin ), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas yang putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang di gores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orang tua ( faktor keturunan ) tidak di pentingkan. Pengalaman di peroleh anak melalui hubungan dengan lingkungan ( sosial alam dan budaya ).  Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang di harapkan.
           Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir,di kesampingkan.  Pada hal ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lungkungan tidak terlalu mendukung.
b.  Aliran nativesme.
          Tokoh aliran nativisme adalah Schopen Haver. Ia adalah filosof jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu di tentukan aleh faktor bawaan sejak lahir.  Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak.
          Oleh karena itu, hasil pendidikan di tentukan oleh  bakat yang di bawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar di tentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat sejak lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak itu memilki bakat naik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang di bawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
c.   Aliran naturalisme.
          Tokoh aliran ini adalah J.J Rouseau. Ia adalah filosofis prancis yang hidup pada tahun 1712-1778.  naturalisme mempunyai pandangan bahwa, setiap anak yang lahir di dunia, mempunyai bawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran ini sering di sebut aliran negativisme.
          Naturalisme memilki tiga prinsip tentang proses pembelajaran ( M. Arifin dan Amminuddin R ; 1992 : 9 ), yaitu :
          Pertama  anak didik belajar melalaui pengalaman sendiri.
Kedua pendidik hanaya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Ke tiga  program pendidikan di sekolah harus di sesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.
          Dengan demikian aliran ini menitik beratkan pada strategi pembelajaran yang bersifat pedosentris; artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.
d.  Aliran konvergensi.
          Tokoh aliran konvergensi adalah William stern. Ia seorang tokoh pendidik jerman  yang hidup pada tahun 1871-1939. Aliran ini merupakan kombinasi  dari aliran nativisme dan aliran empirisme. Aliran ini merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan aliran empirisme. Aliran ini menganggap bahwa pendidikan sangat bergantuk pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan[3].
          William berpendapat bahwa anak lahir didunia ini telah memilki bakat baik dan buruk. Sedang perkembangan anak selanjutnya akan di pengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan  sama-sama berperan penting.   
e.   Aliran progresivisme.
          Tokoh aliran progresivisme  adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat mengancam dirinya.
          Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu di tunjukan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika di banding makhluk lain. Manusia memilki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasan sebagai  bekal menghadapi dan memecahkan masalah.
Dengan demikian, dalam konteks pendidikan,aliran progresivisme memerhatikan sepenuhnya segala macam potensi kodrat manusia untuk di kembangkan secara almi. Progresivisme menolak pendidikan otoriter. Karena, pendidikan ini cenderung mematikan bakat-bakat dan daya kreativitas baik fisis maupun psikis yang ada di dalam diri peserta didik[4]. 
f.    Aliran esensialisme.
          Aliran esensialisme mendasarkan pandangan pendidikan pada nilai-niali adat kebudayaan yang telah ada sejak permulaan peradaban manusia. Menurut aliran ini, nilai-nilai tersebut bersifat manusiawi dan tertanam dalam warisan budaya masyarakat yang terbentuk secara historis selama ratusan bahkan ribuan tahun. Oleh sebab itu, filosofi pendidikan esensialisme ini memberi makna bahwa dalam proses pendidikan, anak memerlukan disiplin orang dewasa sebelum anak mampu mendisiplinkan dirinya. Di sini jelas bahwa bantuan dan bimbingan sangat memainkan peran penting[5]
          Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang  dapat dapat mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup., sehingga dapat memperoleh kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filasafat.  
g.   Aliran perenialisme.
          Aliran ini di anggap sebagai aliran “ regresive road to culture “ yakni jalan  kembali, atau mundur kepada kebudayaan masa lampau. Perenialisme menghadapi kenyataan dalam kebudayaan manusia masa sekarang, sebagai satu krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi situasi krisis itu, perennialisme memberikan pemecahan dengan jalan “ kembali pada kebudayaan masa lampau” kebudayaan yang di anggap ideal[6].  
          Tokoh aliran ini adalah Plato, Aristoteles dan Thomas Aquino. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu di jadikan dasar pendidikan sekarang. Pandangan aliran ini tentang pendidikan adalah belajar untuk berfikir, oleh sebab itu peserta didik harus di biasakan untuk berlatih berfikir sejak dini.
          Pada awalnya, peserta didik di beri kecakapan-kecakapan dasar untukmembaca, menulis, dan berhitung.  Selanjutnya perlu di latih pula kemampuan yang lebih tinggi seperti berlogika, dan berbahasa. 
Pendidikan harus lebih banyak mangarahkan pusat perhatianya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Karena itu perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan sekarang menuju hasil konsep pendidikan ideal yang telah teruji dari zaman kebudayaan dulu atau kebudayaan pertengahan. 
h.   Aliran kontruktivisme.
          Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak di peroleh dari hasil kontrusi kognitif  dalam diri seseorang, melalui pengalaman-pengalaman yang di terima lewat panca indra, yaituindra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman dan perasa.
          Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang di lakukan seseorang kepada orang lain, dengan alasan bahwa pengetahuan bukan barang yang bisa di pindahkan, sehingga jika pembelajaran di tujuakan untuk mentransfer ilmu, maka perbuatan itu akan sia-sia. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini di tunjukan untuk menggali pengalaman.   
2.      Pandangan islam.
v     Aliran konservatif
            Adalah aliran pendidikan yang mempunyai kecenderungan  “ keagmaan” sangat kuat bahkan hingga tidak jarang bisa menimbulkan beberapa implikasi sebagai berikut :
Pertama memaknai ilmu hanya terbatas pada pengetahuan tentang tuhan.
Kedua  berambisi pada keluhuran spiritual hingga bersikap “ Mengecilkan “ dunia; prioritas di berikan sepenuhnya kepada pengetahuan yang di yakini bisa meninjang keluhuran moral dan kebahagiaan di akhirat.
Ketiga  menggap “ ilmu hanya untuk ilmu “ ; ilmu secara intrinsik di pandang bernilai (utama)  meskipun tanpa di gunakan untuk pengabdian kepada sesama.
                      Kecenderungan keagamaan yang sedemikian kuat, terutama di tunjukan  oleh formulasi pemikiran aliran ini menyangkut prinsip-prinsip pendidikan yang kental bercirikan moral-keagamaan, di antaranya; keharusan di barenginya ilmu dan amal, penjauhan diri dari sikap rakus, tenggang rasa dan toleransi, keinsafan dan keadilan dan lain-lain.
v     Aliran rasional
            Adalah aktivitas pendidikan di pahami sebagai usaha pengaktualisasian diri potensi-potensi yang di miliki individu sehingga esensi pendidikan adalah kiat transformasi ragam potensi menjadi kemampuan aktual.
            Dalam pandangan aliran rasional, rasio ( akal ) tidak semata-mata berfungsi untuk mengetahui sesuatu, tetapi juga berfungsi memutuskan terhadap benar salah atau baik dan buruknya sesuatu. Oleh karena itu menurut aliran ini, manusia di pandang memilki kebebasan penuh sehingga bisa bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya[7]. 
C. Hakikat pendidikan.
                  Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.   
                  Pendidikan merupakan Transfer Of  Knowladge, Transfer Of Cultur And Transfer Of Religius yang  di arahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memilki nilai-nilai yang di sepakati berdasarkan agama, filsafat, ediologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
                  Menurut pandangan Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia ( fitrah ) dengan bimbingan al-qur’an dan as-sunnah sehingga menjadi manusia yang berakhlakul karimah ( insan kamil ).
                  Menurut william F ( tanpa tahun ) pendidikan harus di lihat dari cakupan pengertian yang luas. Pendidikan juga bukan merupakan suatu proses yang netral sehingga terbebas dari nilai-nilai dan ediologi. Kosasih Djahiri (1980 : 3 ) mengatakan bahwa pendidikan merupakan upaya terorganisir, berencana dan berlangsung kontunyu ( terus menerus sepanjang hayat ) ke arah pembinaan manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya.
                  Menurut tilaar ( 200 : 16 ) ada tiga hal yang perlu di kaji kembali dalam pendidikan.
    Pertama, pendidikan  tidak hanya  di batasi sebagai schooling belaka. Dengan membatasi pendidikan sebagai schooling maka pendidikan terasing dari kehidupan yang nyata dan masyarakat terlempar dari tanggung jawabnya dalam pendidikan. Oleh sebab itu, rumusan mengenai pendidikan dan kurikulumnya yang hanya membedakan antara pendidikan formal dan non formal perlu di sempurnakan lagi dengan menempatkan pendidikan informal  yang justru akan semakin memegang peranan penting da dalam membentuk tingkah laku manusia dalam kehidupan global yang terbuka. Kedua, pendidikan tidak hanya di peruntukan untuk mengembangkan intelegensi akademik peserta didik. Pengewmbangan seluruh perspektrum intelegensi manusia baik jasmaniyah maupun rohaniyah nya perlu di berikan kesempatan di dalam program kurikulum yang luas dan fleksibel, baik di dalam pendidikan formal, non formal atupun informal. 
    Ketiga, pendidikan ternyata bukan hanya membuat manusia pintar tetapi yang lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat tujuan penciptaanya[8]. 
                   Dengan demikian hakikat pendidikan sangat di tentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
    Sehingga dengan pengertian hakikat pendidikan tersebut, secara teori telah menyatu dengan konsep ajaran semboyan ki hajar dewantara untuk seluruh rakyat indonesiaa yang berbunyi; Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madya Mbangun Karsa, Tut Wuri Handayan[9]i.

IV.  KESIMPULAN
        Mengkaji tentang pendidikan berarti mencari jawaban tentang berbagai pertanyaan yang muncul dari unsur yang ada di dalam pendidikan itu. Di dalam memahami pendidikan di perlukan berbagai pendekatan yang kesemuanya melalui pengalaman-pengalaman yang saling memiliki garis kesamaan dan garis perbedaan tentang keberadaan pendidikan yang ada. Garis keperbedaan dan kesamaan tersebut berada dalam konsep pembuktian berbagai aliran di dalam pendidikan. 
        Pendidikan di kaji ulang dari berbagai pengalaman untuk selanjutnya di buktikan dengan berbagai kenyataan hidup. Sehingga di akhir kajian tersebut melahirkan tentang pengertian pendidikan dari berbagai aliran, di cari titik temu antar berbagai aliran dan terahir dapat di cari  hakikat pendidikan terdefinisikan secarta utuh dan lengkap.  

V.     PENUTUP
    Demikian tadi pemaparan makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari bahwa makalah tersebut  sudah barang tentu masih jauh dari sempurna . Maka dari itu kritik dan saran yang membagun dari pembaca selalu kami nantikan demi terwujudnya makalah yang lebih baik


DAFTRAR PUSTAKA

Arif, Mahmud , Pendidikan Islam Transformatif, Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008

Hamid, Farida,  Kamus Ilmiyah Populer Lengkap,Surabaya : APOLLO, 2008

Noor Syam, Mohammmad , Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya : Usaha Nasional ,1987


Suhartono, Suparlan,  Wawasan Pendidikan Sebuah Pengantar Pendidikan, Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA, 2008

Yamin, Moh., Menggugat Pendidikan Indonesia, Jogyakarta : Ar-Rozz Media, 2009



[1] Suparlan Suhartono, Wawasan Pendidikan Sebuah Pengantar Pendidikan, (Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA, 2008 ) Hlm.123
[2] Farida Hamid, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap, (Surabaya : APOLLO, 2008 ) hlm.598

[4] Suparlan , Op. Cit.Hlm.124
[5] Ibid, hlm. 130.
[6] Mohammmad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya : Usaha Nasional , 1987 ) hlm. 296.
[7] Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif,  ( Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008) hlm .108.
[9] Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, ( Jogyakarta : Ar-Rozz Media, 2009 ) hlm 194

1 komentar:

  1. Casino - Bracket betting guide for your chance to win
    The Casino is kadangpintar a 출장샵 unique casino 토토 사이트 홍보 that has bsjeon been around for over a decade. It has managed to offer great games gri-go.com such as Blackjack, Roulette and Video Poker,

    BalasHapus