Sabtu, 15 Januari 2011

BUKAN S1/S2/S3 TAPI HANYA PAKET C

Malam itu, tepatnya tanggal 21 desember datang seseorang yang sedang berlari dari pinggir jalan di depan kosku dengan menuntun sepeda.  Meskipun dia lari dan berusaha secepat mungkin menghindar dari jutaan tetes hujan, tetap saja tubuhnya basah kuyub karena derasnya jatuhan air hujan. Memang hujan yang telah turun sejak pukul 18.00 WIB, namun kali ini dia murung tak mau mereda, sehingga saat waktu memasuki sholat  isya’ ternyata hujan juga belum usai.

Sejenak aku perhatikan orang tersebut. Dia seolah linglung, bersandar di samping tembok kosku yang agak usang karena catnya sudah lapuk di pangan oleh senja. Entah apa gerangan yang di pikirkannya di tempat aku biasa menginap di malam hari ini.

Maaf mas boleh numpang tanya?’ Sontak dia bertanya padaku.

Tetesan air dari rambutnya selalu bergantian. Satu menetes yang satunya lagi antri menunggu giliran dari panggilan gaya gravitasi bumi

Ia pak ada yang bisa saya bantu ?’ Jawabku penuh antusias menawarkan bantuan kepadanya.

Wajar saja, ketika aku melihat gerak gerik dirinya sepertinya dia orang baru, orang asing yang baru masuk di lingkungan tempat kosku.
Dengan wajah penuh cemas dan agak gugup dia berusaha merogoh sesuatu dari dalam tas kecil yang di bawanya yang sudah sobek bagian atasnya.

‘ Ini mas saya dari desa, ingin menanyakan alamat ini !’

Tanganku julurkan pada kertas kecil yang di tarik dari tas itu. Sambil menggigil dan gemetar dia berusaha menahan rasa dinginnya hujan di malam itu. Mulutnya bergerak dengan bergetar seperti mesin diesel saat di nyalakan membuat aku merasa kasihan.

Oooooo ..! ini ,i ya itu rumahnya pak irsyad di blok K9. Dia seorang pengajar  sekolah kejar paket lembaga bina insan daerah sini koki’.

Aku berusaha menjelaskan rute alamat pak irsyad. Pak irsyad selain mengajar di sekolah non formal, kejar paket juga mengajar ngaji. Biasanya anak-anak TPQ setelah asyar menimba ilmu padanya. Sehingga pak rusdi lumayan terkenal di sekitar daerah sini.  

Aku lalu menanyakan apa maksud dan tujuan orang itu mencari bapak irsyad. Seketika dia berujar , menceritakan maksud dan tujuannya kepadaku apa adanya.

Ini mas, sayakan dulu tidak sempat sekolah SMP. Bukannya tidak mau, tapi memang emak saya dulu tidak punya biaya untuk menyekolahkan saya. Adikku tiga, semuanya perempuan. Jadi aku yang mengurusi mereka. Kalau akau tidak membantu ibu, ya siapa lagi. Bapak sudah meninggal dua tahun yang lalu saat akau baru saja lulus SD. Lalu saya kemari ingin menimba ilmu mas.

Akupun menanyakan maksud perkataan yang di ucapkan kepadaku tadi. Aku heran saja, masak dia yang sudah berwajah bapak-bapak itu mau belajar meneruskan pendidikan kejar paket di sini. Apa lagi jarak rumahnya dengan sekolah kejar paket di sini sangat jauh.

Ternyata dugaanku benar!. Dia berangkat dari rumah karena memenuhi kewajibannya sebagai seorang pelajar di sekolah paket C dekat kosku. Sekali lagi, dia hanyalah seorang pelajar bukan mahasiswa atau bahkan sarjana yang bertitel. Apalagi bertumpuk S-nya, sampai S3. Sebelumnya dia juga menyatakan kalau di kesini hanya dengan bermodalkan nekat, tekat, dan kuatnya hati mengarungi perjalanan yang berkilo-kilo itu.

Dari cerita di atas, seorang bapak yang sudah bekeluarga, memilki tanggungan yang tidak ringan rela meluangkan waktunya untuk meneruskan pendidikan yang sudah terputus bertahun-tahun.

Cerita di atas membuat kita prihatin. Prihatin terhadap bapak tadi sekaligus harus juga kita prihatin akan diri kita sendiri. Prihatin akan kedudukan kita sebagai mahasiswa. Apa yang menjadi amanah sakral dari rumah harus tetap di perjuangkan dan di laksanakan sebaik-baiknya. Jangan sampai ortu di rumah kecewa melihat anak semata wayang tidak bertanggung jawab terhadap perkuliyahannya. Jika seseorang yang ingin belajar pendidikan kesetaraan saja memilki semangat hebat, mengapa kita tidak.

Soooooo ..! Yakinlah Agar Usaha Tetap Sampai. Yakusa.

By : Fauzin  El-Banjari TARBIYAH PGMI09 Sang Penikmat karya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar